Baru-baru saja Sukatani Band ramai diperbincangkan tatkala video klarifikasi permintaan maaf yang ditujukan kepada Institusi Polri serta penarikan lagunya yang berjudul ‘Bayar Bayar Bayar’ dari berbagai platform musik viral di media sosial.
Banyak yang bertanya-tanya, kenapa Sukatani membuat video tersebut sampai harus mengungkap identitas mereka? Selama ini, Sukatani selalu—dengan sengaja—menutup identitas mereka saat tampil di depan para penggemarnya, mengenakan topeng dengan kesan misterius dan menggunakan nama panggung, sebagai bentuk ciri khas mereka yang membedakannya dari band lain. Anehnya, di dalam unggahan video yang ramai tersebut, kedua personel Sukatani menunjukkan diri tanpa mengenakan topeng dan berkata bahwa video itu dibuat ‘secara sukarela dan tanpa tekanan dari pihak manapun’. Karena hal itu, profil Sukatani Band turut menjadi informasi yang banyak dicari oleh warganet.
Profil Band Sukatani
Sukatani merupakan grup band yang bergenre punk dan berasal dari Purbalingga, Jawa Timur. Band ini terdiri dari dua personel, yaitu Al alias Alectroguy sebagai gitaris dan Ovi alias Twister Angel sebagai vokalis.
Sebelumnya, identitas band ini tidak diketahui karena saat tampil di berbagai acara, mereka menggunakan topeng yang memberikan kesan misterius sekaligus membedakannya dengan band lain. Selain itu, kedua personel Sukatani juga memiliki nama panggung yang membuat mereka semakin tertutup. Setelah video permintaan maaf mereka viral, identitas mereka kini diketahui bahwa nama asli kedua personel adalah Muhammad Syifa Al Lutfi dan Novi Citra Indriyati.
Menurut informasi dari situs resmi Spotify, band Sukatani pertama kali muncul pada awal bulan Oktober 2022. Nama Sukatani berasal dari nama khas sebuah desa yang sangat indah dan kaya akan nilai-nilai yang dimanifestasikan oleh band ini. Awal berdirinya Sukatani berasal dari hasrat bermusik sang Vokalis, yaitu Ovi alias Twister Angel. Ovi mencoba menyalurkan hasrat bermusiknya dengan menulis lirik-lirik lagu. Sebagian besar lirik lagu yang ditulisnya terinspirasi dari kegelisahan terhadap distorsi sosial yang terjadi di sekitarnya.
Selain penampilannya yang selalu mengenakan topeng, band Sukatani juga kerap membagikan sayuran kepada penonton di setiap konsernya. Hal ini menjadi daya tarik dan memiliki tradisi unik yang berbeda dari band lainnya. Mereka juga memasukkan beberapa elemen synthesizer ke dalam instrumen Sukatani sehingga melahirkan perpaduan antara street punk dan musik elektronik. Sebagian besar musik dari band Sukatani menggabungkan elemen-elemen gothic rock, new wave, dan synth-pop. Lirik lagu yang dibawakan juga merupakan suara dari pesan-pesan sosial hingga mengenalkan budaya dan dialek Banyumasan dalam setiap karyanya.
Sebagai grup band, Sukatani telah merilis satu album yang bertajuk Gelap Gempita pada tahun 2023. Album tersebut berisi tujuh lagu. Awalnya, album Gelap Gempita berisi delapan buah lagu. Namun, usai penarikan lagu berjudul Bayar Bayar Bayar dari berbagai platform musik, maka album tersebut menyisakan tujuh buah lagu.
Berikut lagu-lagu Sukatani Band:
Sukatani
Semakin Tua Semakin Punk
Tanam Kemandirian
Alas Wirasaba
Realitas Konsumerisme
Jangan Bicara Solidaritas
Gelap Gempita
Klarifikasi Sukatani
Band asal Purbalingga, Sukatani, memberikan klarifikasi permintaan maaf karena lagunya yang berjudul 'Bayar Bayar Bayar' yang dinilai mengkritik institusi kepolisian. Seperti yang diberitakan bahwa band Sukatani selalu mengenakan topeng. Namun, saat video klarifikasi itu dibuat keduanya muncul tanpa mengenakan topeng.
Muhammad Syifa Al Lufti alias Alectroguy menjelaskan bahwa lagu tersebut sebenarnya merupakan bentuk kritik terhadap oknum kepolisian yang diduga melanggar aturan.
"Lagu itu saya ciptakan untuk oknum kepolisian yang melanggar peraturan," ucap Alectroguy.
Sikap Polda Jateng
Polda Jawa Tengah turut memberi penjelasan terkait klarifikasi yang dilakukan penyidik kepada personel Band Sukatani usai viral karena lagu ‘Bayar Bayar Bayar’. Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Artanto, memastikan pihaknya tidak antikritik dan menghargai kegiatan berekspresi melalui seni.
“Kita memang sempat klarifikasi terhadap Band Sukatani tersebut. Hasil klarifikasi kepada band tersebut, kita menghargai kegiatan berekspresi dan berpendapat melalui seni. Kemudian melalui seni atau pendapat atau kritikan tersebut, Polri tidak antikritik,” kata Artanto.
Artanto menjelaskan, klarifikasi sekadar bincang-bincang semata antara penyidik Siber Polda Jateng dengan Sukatani. Artanto juga menepis Polri meminta Sukatani membuat video permintaan maaf usai melontarkan kritik ke institusi Bhayangkara.
Selain itu, Artanto juga mempersilakan Sukatani jika ingin menyanyikan atau membawa lagu ‘Bayar Bayar Bayar’ saat manggung. Artanto menegaskan kalau Kapolri, Jenderal Listyo Sigit, menghargai segala kritik yang bersifat membangun.
"Monggo aja. Kita menghargai ekspresi dan yang memberikan kritik membangun kepada Polri itu menjadi temannya Bapak Kapolri," tambahnya.
Lagu Bayar Bayar Bayar Menggema Saat Demo Indonesia Gelap, Tagar #1312 dan #kamibersamasukatani
Beberapa hari setelah unggahan video klarifikasi band Sukatani dan lagu ‘Bayar Bayar Bayar’ viral, ratusan massa memadati kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, dan Taman Ismail Marzuki.
Pada Jumat Siang (21/2/2025), lagu milik Band Sukatani berjudul Bayar Bayar Bayar menggema di udara Jakarta. Lagu tersebut dinyanyikan dengan lantang oleh massa dalam aksi demonstrasi bertajuk Indonesia Gelap. Lagu ini menjadi simbol protes terhadap dugaan represifitas aparat.
Bukannya mereda atas video permintaan maaf Sukatani serta penghapusan lagunya, dukungan publik semakin luas dan aksi tersebut malah memicu munculnya tagar #1312 dan tagar #kamibersamasukatani di media sosial.
Amnesty Internasional Indonesia pun angkat suara. Direktur Eksekutif, Usman Hamid, menilai penghapusan lagu Bayar Bayar Bayar sebagai bentuk pembungkaman seni.
“Amnesty kembali menyesalkan adanya peristiwa baru penarikan karya seni dari ruang publik,” ujar Usman dalam keterangan tertulis, (21/2/2025).
Usman menegaskan bahwa karya seni bagian dari hak asasi manusia yang diakui secara universal. “Hak untuk berkesenian adalah hak asasi manusia yang diakui secara universal. Karya seni sangat diperlukan untuk kemajuan budaya dan kecerdasan bangsa.”
Divisi Propam Polri menegaskan komitmen mereka mendalami dugaan pelanggaran kode etik oleh personel Direktorat Reserse Siber (Ditressiber) Polda Jawa Tengah (Jateng).
Sudah enam orang petugas kepolisian dari direktorat tersebut yang menjalani pemeriksaan paca klarifikasi lagu berjudul ‘Bayar Bayar Bayar’ milik Sukatani Band. Sebelumnya, sudah ada empat personel yang menjalani pemeriksaan dan dua lainnya menyusul diperiksa oleh Divisi Propam Polri. Total ada enam personel yang dimintai keterangan.
Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, membenarkan hal itu. Dia memastikan bahwa enam personel Ditressiber Polda Jateng sudah diperiksa oleh Divisi Propam Polri.
“Betul, sampai dengan saat ini total enam anggota Siber Polda (Jateng) diperiksa Propam Polri,” kata Artanto.
Melalui unggahan pada akun media sosial resmi Divisi Propam Polri, mereka menegaskan akan terus mendalami dugaan pelanggaran etik berupa intimidasi oleh personel Korps Bhayangkara terhadap personel Sukatani Band.
“Kami akan terus mendalami dugaan intimidasi yang dilakukan oleh oknum anggota Polri terhadap personel Band Sukatani,” tulis akun tersebut.
Di samping itu, Bapak Kapolri, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, juga sudah menyampaikan keterangan secara terbuka terkait tawaran untuk Sukatani Band menjadi duta Polri.