PARA, Strategi Praktis Mengelolah Data Digital

Ditulis Oleh Muhammad Ashhabul Yamiin Pada Apr 2025

Di era semua aktivitas manusia telah bersinergi dengan digitalisasi, banyak orang mengalami kelelahan dalam menghadapi penumpukan data yang harus mereka serap, bagikan, dan organisir di setiap hari mereka. Melihat fenomena tersebut, Tiago Forte sebagai seorang penulis sekaligus pakar produktivitas asal Amerika Serikat yang sudah mengakhiri satu dekade dalam hidupnya demi menelisik dan menggodok tatanan kehidupan digital memperkenalkan sebuah sistem fundamental bernama PARA. Sistem tersebut merupakan sistem pengorganisasian yang dapat diterapkan dalam mengelola informasi atau data pada kehidupan digital. Menurutnya, alasan kebanyakan orang terlalu rancu dalam mencatat informasi dan mengelola data disebabkan ketidakpahaman mereka terhadap panduan dalam memutuskan tempat yang tepat untuk menyimpan berbagai hal. PARA merupakan akronim dari Projects (Proyek), Areas (Area), Resources (Sumber Daya), dan Archives (Arsip). Keempat bagian ini menjadi fondasi sistem pengorganisasian digital yang bertujuan untuk menata file ke dalam penggolongan yang selaras dengan tupoksinya.

Projects

Penggolongan ini melingkupi aktivitas yang sedang diusahakan untuk selesai dan memiliki masa tenggat tertentu. Menyimpan file yang relevan ke dalam penggolongan ini membantu pengguna untuk fokus mencapai tujuan mereka. Berikut contoh file untuk Projects:

  • Tugas pendidikan

  • Program kerja

  • Proposal bisnis

  • Ikhtisar acara

Areas

Penggolongan Areas merupakan pengelolaan tanggung jawab atau parameter kualitas yang ingin dijaga secara berkelanjutan, berbeda dengan penggolongan Projects yang memiliki tenggat dan hasil akhir yang jelas. Tidak ada yang benar-benar ‘selesai’ dalam penggolongan ini, Areas memerlukan perhatian dan pengelolaan berkala karena kepentingan dan relevansinya yang berulang, baik di masa kini maupun di masa depan demi menjaga kualitas dan konsistensi hidup jangka panjang. Kendati Areas mungkin tidak seaktif Projects, penggolongan ini tetap menjadi bagian pokok yang menghendaki atensi pengguna secara berkala. Berikut adalah contoh file-nya:

  • Laporan keuangan bulanan

  • Evaluasi kinerja

  • Kontrak kerja

  • Riwayat penyakit

  • Jadwal cek kesehatan

  • Jurnal atau memoar kehidupan

  • Garansi

Resources

Penggolongan ini adalah tempat untuk referensi atau apapun yang menarik minat dan bermanfaat bagi pengguna nantinya. Penggolongan ini seperti etalase bagi pengguna sebagai kolektor untuk menempatkan segala barang koleksinya. Berbeda dengan penggolongan Projects atau Areas, Resources memiliki tingkat aktivitas yang rendah, penggolongan ini baru terpakai ketika pengguna memerlukannya saja. Berikut adalah contoh file Resources:

  • Ilmu pengetahuan

  • Panduan

  • Template presentasi

  • Kutipan

  • Resep makanan dan minuman

  • Daftar tempat wisata yang ingin dikunjungi

  • Scan dokumen kepemilikan

  • Scan KTP, Passport, dan identitas sejenis

Archives

Archive merupakan tempat untuk menyimpan file yang telah dilaksanakan dari ketiga penggolongan diatas tadi. Jika Resources merupakan etalase koleksi, maka Archives layaknya gudang atau mungkin bisa disebut suatu portofolio. Sebab Archives, pada umumnya, akan kebanyakan memperlihatkan pencapaian yang telah kita selesaikan pada Project. Namun, tidak menutup kemungkinan juga jika Archive terisi oleh garansi barang atau kendaraan yang telah tidak berlaku dari Areas maupun dari Resources yang berisi daftar tempat wisata yang pengguna telah berhasil kunjungi. Jika portfolio merupakan manifestasi kapabilitas dan kualitas dari pengguna, maka Archives adalah kerangka dasarnya. Penggolongan ini bukan hanya menampilkan kulminasi dari ketiga penggolongan lainnya, melainkan secara helicopter view menampilkan prosedur, notula, dan keterampilan decision–making yang mewujudkan pencapaian-pencapaian pengguna. Dengan demikian, selain membuat tampilan penyimpanan tetap tertata dan efisien, Archives juga menghasilkan suatu rekam jejak yang dapat diulas lagi demi kepentingan kontemplasi atau suatu referensi demi kerjaan di masa mendatang yang mirip dengan kerjaan sebelum-sebelumnya.


Tahap-Tahap Mengawali Metode PARA

1. Tentukan Platform Digital Yang Relevan

Manfaatkan aplikasi pencatat atau penyimpanan seperti Google Drive, Google Keep, Notion, iCloud atau bahkan penyimpanan yang telah tersedia di komputer lokal atau cloud storage.

2. Memulai Penggolongan Dengan Membuat Empat Folder Utama

Buat folder dengan nama: Projects, Areas, Resources, dan Archives sebagai pondasi utama metode PARA.

3. Klasifikasi Informasi Digital

Periksa file seperti catatan, email, dokumen atau foto saat ini. Berangsur-angsur alihkan semua file tersebut ke dalam empat folder tadi sehubungan dengan aspek implementasi yang sesuai dengan Metode PARA.

4. Memulai dari Proyek Yang Sedang Dikerjakan 

Prioritaskan fokus pada tugas ataupun hal terkini yang menuntut tenggat waktu terlebih dahulu yang ada pada folder Projects, sebab membuat pengguna dapat mencapai tujuan mereka adalah esensi dari metode ini. Setelah urusan di Projects selesai, kepentingan lain yang tersisa pada folder lain atau tugas baru bisa menyusul seiring waktu.

5. Evaluasi Secara Berkala

Setiap periodik seperti penghujung atau awal pekan, cek kembali metode PARA ini dengan menerapkan kalibrasi jika ada proyek baru, file yang harus berpindah folder, atau file yang sudah waktunya masuk ke Archives.


Dalam bukunya Building a Second Brain: A Proven Method to Organize Your Digital Life and Unlock Your Creative Potential, Forte memaparkan bahwa metode PARA merupakan kegagalan dari sekian banyak percobaan metode pengorganisasian digital yang ia coba. Pada akhirnya, dia selalu kembali menempatkan file tugasnya ke folder yang khusus tugas saja dan di saat itulah efek eureka bereaksi pada dirinya sekaligus membuat ia sadar bahwa intuisi yang membuatnya selalu kembali menempatkan file tugas ke folder khusus tugas merupakan cara yang paling efisien dan layak dijadikan langkah utama dalam metode pengorganisasiannya.

Dengan pengembangan, penyederhanaan, hingga tes lapangan yang ia lakukan bersama pelajar dan pengikutnya, Forte akhirnya mengukuhkan metodenya ini menjadi metode yang efisien dalam mempraktikkannya dan masuk akal secara intelektual. Dengan menganutnya, metode ini memungkinkan siapapun mengkonstruksi “otak kedua” yang sedia menyertai mereka dalam pekerjaan, pelajaran, atau kehidupan sehari-hari.

Profil Penulis:
Profile picture of Muhammad Ashhabul Yamiin

Muhammad Ashhabul Yamiin

Cenderung kaku, tidak tahu banyak tapi mau banyak tahu. Dasar anak baru.


Artikel Terkait

Cover for Bahaya Makanan dan Minuman Manis Berlebih untuk Anak

Bahaya Makanan dan Minuman Manis Berlebih untuk Anak

Ditulis Oleh

Rahmat Adnan Lira

pada

Apr 2025

Siapa yang tidak suka makanan dan minuman manis? Anak-anak sering kali sulit menolak cokelat, permen, atau minuman berso

Cover for Keadilan Islam dan Kesetaraan Gender?

Keadilan Islam dan Kesetaraan Gender?

Ditulis Oleh

Rahmat Adnan Lira

pada

Apr 2025

Ketika mendengar kata “feminisme,” mungkin sebagian dari kita langsung terbayang tentang perjuangan perempuan untuk kese