Media Narasi atas nama Pemimpin Redaksi mereka, Zen RS, menyampaikan jawaban atas dahaga publik yang mempertanyakan suara pendiri mereka, Najwa Shihab, perihal polemik Rancangan Undang-Undang TNI via unggahan kolaborasi ketiga akun resmi Instagram media tersebut pada 3 April 2025.
Riuh protes yang semakin gencar disuarakan di berbagai kalangan, mulai dari koalisi aktivis merangsek masuk ruang rapat dengan tuntutan, para mahasiswa–mahasiswi turun ke jalan, hingga para netizen yang mengungkap tabir kebenaran. Namun, di tengah kaotis Rancangan Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI) ini, publik terasa sepi seakan tak mau sendiri, mereka membutuhkan sosok pendiri Narasi. Heningnya sosok tersebut sudah pasti membuat publik bertanya-tanya.
Oleh karena itu, Narasi menjawab pertanyaan itu dengan menyatakan pendiri mereka tidaklah diam. Mengingat Najwa Shihab telah menyuarakan opininya pada 20 Maret lalu di UGM dalam RDK Festival, kegiatan terbesar yang rutin diselenggarakan oleh Lembaga Dakwah Kampus Jamaah Shalahuddin Universitas Gadjah Mada. Pada festival kala itu, Najwa Shihab mengatakan, setelah ditanya perihal kemungkinan terburuk RUU TNI oleh seorang mahasiswa, “Politik hari-hari ini, hanya sebatas bagaimana mendapatkan kuasa, sehingga ketika kuasa itu sudah didapat lewat suara kita yang hanya dihargai 5 tahun sekali, suara kita setelah selesai pemilu, dianggap tidak ada. Contohnya, berbagai proses pembentukan undang-undang, yang hampir menihilkan partisipasi publik. Ketika suara kita hanya berharga 5 tahun sekali dan setelah itu dianggap tidak ada. Itu yang kemudian membuat kita seolah-olah memang akhirnya, “untuk apa melakukan berbagai hal?” Ketika musyawarah mufakat, mufakatnya sudah disepakati dulu, baru seolah-olah ada musyawarah. Itu ‘kan gambaran yang terjadi?
Lebih jauh lagi, Narasi menandaskan sebetul-betulnya mereka mengemban responsibilitas untuk menyediakan analisis investigatif mendalam terkait polemik yang mengitari RUU TNI dengan teguh. “Jika Anda membaca laporan-laporan kami dalam dua pekan terakhir, mengikuti laporan-laporan investigasi kami, mendengar suara reporter kami dari lapangan yang tak pernah absen menayangkan secara langsung rentetan demonstrasi di Jakarta, menyimak pilihan-pilihan editorial kami dalam menjelaskan beberapa hal krusial yang terjadi dalam proses publik pekan lalu, semoga Anda dapat melihat bahwa kami masih menurunkan laporan-laporan yang penting untuk diketahui, lengkap dengan konteksnya.”
Unggahan tersebut sudah pasti memantik diskusi pada kolom komentarnya. Beberapa akun mengungkapkan pentingnya Najwa Shihab untuk kembali berperan aktif pada institusi pers tersebut. Salah satu contohnya, komentar dari @ratnajuita92 yang mendapatkan seribu lebih like,
“Sebetulnya, Mbak Nana maupun Narasi hanya perlu merefleksi diri. Betapa kehadiran Mbak Nana sebagai pribadi jurnalis dan Narasi dalam publikasi jurnalisnya telah mengisi ruang kritik yang tajam dan mengagumkan selama ini. Tidak ada yang serius bilang luntur, rasanya lebih kepada rindu. Meski ada tempo dan yg lain, rasanya selama ini narasi berbeda. Setidaknya begitu.”